Known as a humor observer/critic – covers comedy art, cartoon, articles/column and some other humorous materials. Born in Kendal, Central Java, Indonesia. Since his junior high school, he has been active drawing cartoons, writing articles/short story, and painting contemporary art of painting. Creative Experience: Writes socio-cultural article at Kompas Daily News, Kontan, Surabaya Post, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Sinar Harapan, Panji Masjarakat, Gatra, Horison, HumOr, etc.. Written books: Revolution ala Jiddu Krishnamurti; Indonesia Is Robed;The Anatomy of Humor in Indonesia; How to Be A Good Comedian; Tukul Arwana Dies Laughing, etc. Organization: One of the founder of KOKKANG, 1981. In 1987/1988, Chief of Candalaga Mancanegara International Cartoon Festival,1988, Semarang. In 1989-1994, Secretary General of Pakarti and Board Directors of LHI (The Institute of Indonesia Humor). Work Experience: (1990 – 2008) Managing Editor/Chief Editor at HumOr Magazine; Program designer at Jaya Suprana Show; Script Writer at Asep Show; Ludruk Glamour and Toshiba Top Ten Video Weekly. These days, he likes to express his ideas via blogging, internet marketing, and especially, of course, trying for making money online. One of te site he recommends is...Click Here!
But as a cartoonist organizer, he also very cares to the community blog who express his activities at Cartoon Services for U. It's better for you to visit the site and check it out anytime you like. Regarding his business, especially as an affilite, he recommends at least 5 (five) health and beauty sites you may proof by yourselves how important they are. The site First, Second, Third, Fourth and the Five. Hope you enjoy reading his experiences.
His residences:
1) Kebon Jeruk, Jakarta 11530, Indonesia
2) Meteseh, Tembalang, Bukit Kencana Jaya, Semarang 50127, Central Java, Indonesia.
DARMINTO
M SUDARMO, dikenal sebagai pengamat humor – meliputi seni lawak, kartun dan
lelucon tulis. Ia, dilahirkan di Kendal, Jawa Tengah, 23 Maret 1956. Sejak SMP
kelas dua sudah aktif menggambar kartun, namun setelah kelas satu SMA, 1973,
baru kartunnya dimuat di Majalah Panjebar Semangat, Surabaya. Sesudah itu ia
makin aktif mengirim kartun ke berbagai media daerah maupun ibukota. Setidaknya
ada tiga inisial yang sering dia pakai untuk menandai karya kartunnya; yaitu:
Odios, Mas Dar dan Dar MS.
Selain
aktif menggambar kartun, Darminto juga aktif menulis. Dari artikel, cerita
pendek, puisi hingga laporan jurnalistik. Bahkan tulisan pertamanya yang
bernuansa “dewasa” dimuat justru di Koran Mingguan berbahasa Jawa, Djoko
Lodang. Jenis tulisannya artikel atau opini, berjudul antara lain: Maca
(Membaca), Sikep yen Nampa Panacad utawa Kritik (Sikap Saat
Menerima Teguran atau Kritik) dan lain-lain, padahal saat itu dia masih kelas
satu SMA dan menulisnya pun dengan tulisan tangan. Untunglah redaksi Djoko
Lodang memberi kesempatan kepada para penyumbang naskah dengan tulisan tangan
asalkan ditulis dengan huruf kapital semua.
Sebuah
keberuntungan baginya, dalam tiga tahun ia bersekolah di SMA di Semarang, ia
mendapat kepercayaan Pemimpin Redaksi Mingguan Bina, sebuah koran milik
Perhutani, terbit di Semarang, agar membantu mengisi mingguan tersebut dengan
tulisan dan gambar. Meskipun honorarium yang diperolehnya tidak terlalu besar,
namun sangat membantu kebutuhan pembiayaan sekolahnya, yang sudah tidak
dibiayai orang tua dan hanya dibantu kakak lelakinya. Pada periode itu pula
(1973-1976) gambar maupun tulisannya bermunculan di media Bandung dan ibukota seperti: Aktuil, Variasi,
Yunior, Berita Yudha, Yudha Minggu,
Simphoni, dan lain-lain.
Pada
1977, ia tidak melanjutkan kuliah tetapi bekerja di Joeni Batik Jakarta yang workshop-nya
di Gadog, Bogor, sebagai desainer motif. Joeni Batik memang mengambil
spesifikasi batik dengan desain modern dan tidak massal. Dikonsumsikan untuk
butik. Sesuatu yang menyenangkan karena pada saat itu, ia banyak bersosialisasi
dengan para model; seperti: Nani Sakri, Titi Qadarsih, dan wanita-wanita cantik
lainnya, yang kesemuanya sangat kesengsem sama batik hasil karya dia dan
kawan-kawannya, satu kru. Ya, lagipula, yang disebut kru di sanggar batik
tersebut adalah laki-laki semua, he-he. Terang aja ada basa-badi seperti itu.
Setelah
merasa tabungannya agak cukup, tahun 1979, ia kuliah di IKIP Negeri Semarang
sambil membawa kerjaannya (kain katun: voilisima, mori, primisima dan
lain-lain) ke tempat kost-nya di Semarang. Kain yang telah didesain dengan
pensil, kemudian dikirim ke Jakarta, sebulan dua kali via jasa pos atau datang
langsung. Kuliah sambil kerja atau kerja sambil kuliah ternyata cukup
melelahkan walaupun sebenarnya mengasyikkan. Melelahkan kalau harus menghadapi
tugas-tugas kuliah dan pekerjaan, tapi mengasyikkannya tak kurang juga: bisa
pacaran dengan lancar dan mulus karena tak perlu nunggu kiriman orang tua waktu
menraktir nonton atau makan di restoran. Hanya saja ada sedikit gangguan; pada
saat itu ia banyak membaca buku-buku tentang pengarang Indonesia dan luar
negeri. Ada satu kalimat yang membuat pikirannya jadi risau: “Tak ada sekolah
bagi Anda yang ingin menjadi pengarang”, Kalimat tersebut bila dicerna secara
nalar dan perasaan jernih memang benar belaka. Pengarang tidak diluluskan dari
sekolah atau universitas, tetapi dari kerja kerasnya si individu. Padahal,
jujur hati, dari lubuk yang paling dalam, ia bercita-cita ingin menjadi
pengarang; atau paling celaka, menjadi penulis. Predikat itu membuatnya bahagia dan bangga. Semakin
lama, semakin dalam kalimat yang sakti itu merasuk dalam benaknya. Akibatnya,
pandangannya terhadap sekolah formal, terhadap lembaga perguruan tinggi,
menjadi beda. Setidaknya ia berpendapat, bahwa lembaga itu tidak merupakan
satu-satunya pemilik pintu gerbang yang berhak melegitimasi kompetensi,
kualifikasi dan eksistensi “keilmiahan” seorang manusia. Dalam dunia yang maha
luas ini tergelar banyak tawaran dan kearifan-kearifan. Dia merenungkannya
sangat serius terhadap masalah tersebut.
Sampai
timbul pemikirannya, bahwa pengertian tentang “kuliah” yang menarik baginya
salah satunya adalah saat ia pergi ke toko buku, tertarik beberapa judul, lalu
membeli; sampai di rumah dilahap buku demi buku di antara kesibukan kerjanya,
dan bila mood datang serta punya kesempatan untuk mengekspresikan diri, ia pun menulis resensi dan mengirimnya ke
berbagai media. Tulisan dimuat, honor pun kemudian sampai di tangan. Tak lama
kemudian, ia pun sudah sampai di toko
buku lagi; dengan duit honor itu dia membeli
buku yang baru lagi, dibaca lagi, ditulis lagi dan dikirim lagi. Sebuah
siklus yang menurutnya sangat menantang dan menghidupkan akal budi. Dan itu tak
akan pernah berhenti selagi ia masih merasa bodoh dan serba kurang. Hari-hari
senggangnya dia manfaatkan untuk diisi
dengan mengunjungi seminar kampus, diskusi dengan teman-teman penulis, kartunis
maupun budayawan setempat. Serius banget, ya? Nggak juga; sehari-hari ia lebih
tampak cengengesan dan gemar ngajak ngobrol mahasiswi-mahasiswi cantik daripada
tampak sebagai si kutu buku. Cengengesannya makin menggila, bila ia terseret
dalam arus diskusi yang ada “berantem”-nya sedikit; debat terasa sangat
menyegarkan.
Tentang
kegiatan menggambar dan menulisnya bagaimana? Tentu saja, semakin lekat dan tak
mungkin dipisahkan dari kesibukan sehari-hari. Sampai akhirnya, deretan
“statistik” seperti yang tertulis di bawah ini, yang dapat dia kenang sebagai
bagian dari proses perjalanan menuju: entah apa yang akan terjadi di depan
nanti.
Pengalaman
Kreatif:
·
Menulis artikel/kolom masalah
sosial-budaya, di antaranya tentang lawak dan
humor di Kompas, Kontan,
Surabaya Post, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat,
Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Vista TV, Panji
Masjarakat, Gatra, Horison, Multi*2000, Tokoh, HumOr dan lain-lain
(sejak tahun 1982 hingga kini).
·
Menulis karya kreatif, seperti: Cerita
Pendek, Cerita Bersambung, Puisi di berbagai media daerah dan Jakarta. Termasuk
juga skenario sinetron komedi di televisi.
·
Sejak 1973 hingga 1987, menggambar
kartun dengan inisial Odios dan telah dimuat di berbagai media
seperti: Intisari, Kompas, Suara Pembaruan, Matra, Mutiara, dan banyak
lagi lainnya,
·
Pada 1989-1991 pameran lukisan bersama
dengan pelukis Semarang, Jakarta dan Yogyakarta. Selain itu aktif juga menjadi
pembicara tentang kartun/humor/lawak di berbagai komunitas; seperti kelompok remaja,
mahasiswa, umum, di Semarang, Bandung, Jakarta, Yogyakarta dan lain-lain.
·
Menjadi juri lomba baca puisi, lomba
baca joke, lomba tutur humor (joke
telling), lomba kartun/karikatur dan lomba lawak.
·
Menulis banyak buku seputar Joke/lelucon
dan Humor Filsafat, yang telah terbit yaitu: Komik Jiddu Krishnamurti Revolusi;
Komik Indonesia Dijarah; Lelucon Cina; Lelucon Sehari-hari; Lelucon Antar
Bangsa 1 & 2; Lelucon Intim; Guyon Demokrasi; Guyon SexGar; Guyon Politik
dan lain-lain.
Pengalaman
Organisasi (Budaya):
·
Pada 1983, bersama seorang rekan, Itos,
mendirikan KOKKANG (Kelompok Kartunis
Kaliwungu) berlokasi di Kaliwungu, Kendal, Jateng. Kini anggotanya sudah
mencapai puluhan, bahkan ratusan, sebagian besar pelajar dan mahasiswa.
·
Pada 1985, memprakarsai Temu
Kartunis Nasional di Semarang.
·
Pada 1987/1988, sebagai Ketua
Penyelenggara Lomba Kartun Internasional (Candalaga Mancanegara International
Cartoon Festival 1988) Semarang, pertama di
Asia Tenggara; diikuti peserta dari 28 negara.
·
Pada 1989-1994 menjadi Sekjen Pakarti
(Indonesia Cartoonist Association) berkedudukan di Jakarta. Tahun 1995 - 1999
bersama GM Sudarta, menjadi konsultan Pakarti.
·
Aktif membantu LHI (Lembaga Humor Indonesia),
1990-1994.
·
Tahun 2001 mendirikan Kostum, Komunitas
Studi Humor – sementara untuk kalangan intern.
Pengalaman
Pekerjaan:
·
1988 – 1989 Redaktur Harian Jayakarta
·
1989 – 1990 Wartawan Majalah Anda BOS dan Redaktur Tabloid Idola
Humor Kreatif.
·
1990 –1996 Redaktur
Pelaksana Majalah HumOr
·
1996 – 1998 Wakil/Pemimpin Redaksi Majalah HumOr
·
1997 – 1998 Produser Eksekutif HumOr Enterprises bekerja sama
dengan RCTI untuk telefeature
dokumenter Pesantren di
Indonesia (Pabelan, Gontor
& Al Amien-Madura)
·
1998 – 1999 Konseptor Acara & Tim Kreatif Jaya Suprana Show, TPI
·
2000 – 2001 Konsultan Media, PT Wiswakharman
·
1998 – 2002 Redaktur Tamu Rubrik Lelucon & Kartun Tabloid Tokoh
·
1998 – 2004 Penulis Sinetron Komedi Asep Show, TPI
·
2002 Penulis
Sinetron Komedi Ludruk Glamour, SCTV
·
2003 Pimpinan
Kreatif & Penulis Skenario “Toshiba Top Ten
Video
Weekly”, Trans TV
·
2003 Penulis
Sinetron Komedi Ngabuburit KoCag, Trans TV
·
2003 Konsultan
Kreatif PT Mitra Sejati, Semarang
·
2004 Konsultan
Kreatif PT Mitra Sejati, Semarang
·
2004 Creative Director di DSK
Communications, Jakarta
·
2005-2006 Creative Director di Production House Sri
Kencana, Jakarta
·
2000-Sekrg Freelance Writer di Media Cetak,
Elektronik, dll.
0 comments:
Post a Comment